KABAR LABUAN BAJO – Indonesia boleh saja optimistis menatap 2023. Namun demikian, Indonesia juga harus tetap mewaspadai potensi resesi hingga perubahan iklim yang akan mengancam perekonomian global tahun ini.
“Saya ingin sampaikan beberapa alasan untuk kita waspada (pada 2023) sebelum kita optimis (pada 2023),” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam CEO Banking Forum di Jakarta, Senin 9 Januari 2023.
Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan ekonomi global 2023 hanya tumbuh 2,7 persen, menurut dia, merupakan salah satu indikator potensi resesi ini.
Perkiraan IMF terhadap ekonomi global 2023 tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi 2022 yang sebesar 3,2 persen, bahkan realisasi pertumbuhan 6 persen pada 2021.
Melalui perkiraan itu, IMF pun memprediksi 30 persen sampai 40 persen dari perekonomian negara-negara di dunia akan mengalami resesi pada tahun ini.
Selain ancaman resesi, dunia turut dihadapkan dengan adanya utang negara yang sudah tidak sustainable atau berkelanjutan pada 2023. Terdapat lebih dari 63 negara di dunia yang utangnya dalam kondisi mendekati bahkan sudah tidak berkelanjutan, hingga hal ini menjadi salah satu topik utama dalam gelaran Presidensi G20 Indonesia.
Terlebih lagi, utang negara-negara di sekitar Asia Selatan saat ini semuanya sedang kondisi stres mulai dari Bangladesh, Sri Lanka dan Pakistan masuk menjadi pasien IMF.
Tak hanya berhenti sampai di situ, pergeseran fundamental yang terjadi pada geopolitik turut memperparah dunia yang sedang dihadapkan dalam kondisi risiko ekonomi dan keuangan karena akan mengganggu supply chain global.
Sementara krisis yang tak kalah mengancam adalah terkait perubahan iklim. Saat ini aspek tersebut sudah menjadi pembicaraan mainstream di dunia, termasuk dalam financial market.
Sri Mulyani menjelaskan perubahan iklim juga menjadi topik utama dalam G20 termasuk mengenai sustainable finance dan memasukkan risiko perubahan iklim terhadap setiap keputusan perencanaan penganggaran di sektor keuangan.
Ia pun mengingatkan para CEO sektor perbankan untuk menjaga resiliensi perekonomian Indonesia. Perbankan juga diminta untuk sektor keuangan yang mendominasi perekonomian nasional.
“Jangan salah arah. Jangan salah kompas. Jangan salah bersauh!” ajak Sri Mulyani, seperti dikutip dari akun instagram @smindrawati. klb/san edison