Series ‘Jalur Pesona Indonesia’, Dapur Tara dan Ajakan Kembali ke Akar

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn
Pinterest
Print
Tangkapan layar - Liz, pendiri Dapur Tara, saat membagi kisah inspiratifnya dalam episode 2 Series 'Jalur Pesona Indonesia' yang tayang di kanal YouTube Pesona Indonesia. (Foto: Kabar Labuan Bajo/San Edison)

KABAR LABUAN BAJO – Elisabeth Yani Tararubi, menjadi salah satu wonderful people dari Destinasi Super Prioritas (DSP) Labuan Bajo, yang membagi kisah inspiratifnya pada episode 2 Series ‘Jalur Pesona Indonesia’ yang tayang di kanal YouTube Pesona Indonesia.

Liz, begitu ia akrab disapa, adalah pendiri Dapur Tara di Jalan Trans Flores Labuan Bajo-Ruteng, tepatnya di Melo, Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Ia bersama suami mendirikan Dapur Tara yang letaknya sekitar 20 km dari Labuan Bajo itu, pada tahun 2019. Mantan bidan di sebuah rumah sakit di Jawa ini menghadirkan Dapur Tara, dengan konsep yang spesial.

Baca Juga:
Series ‘Jalur Pesona Indonesia’, Ketika Rhony Sumarno Menyulap Bukit Porong Jadi Destinasi Populer

Maklum, Dapur Tara bukan hanya sebatas tentang kuliner yang nikmat dan menyatu dengan alam. Lebih dari itu, Dapur Tara juga mencoba ‘menghidupkan kembali’ budaya masyarakat Flores zaman dahulu terutama tentang alam dan pertaniannya, kuliner, budaya, hingga tentang perekonomian.

Tangkapan layar – Dapur Tara di Melo, Desa Liang Ndara, sekitar 20 km dari Labuan Bajo. (Foto: Kabar Labuan Bajo/San Edison)

Lebih dari itu, Liz juga memiliki kepedulian dengan pendidikan. Ini dibuktikan ketika ia mendirikan Sekolah Anak Alam Flores serta PAUD Pelangi Baru dengan biaya sekolah berupa barter hasil kebun orang tua siswa. Ia sering menyebutnya sebagai Sekolah Barter.

“Awal mulanya (mendirikan Dapur Tara) terinspirasi dari keluarga saya. Maka saya ingin memperkenalkan makanan yang sehat, di mana kami terkoneksi dengan makanan itu,” tutur Liz, memulai kisahnya dalam Seri Video Promosi 5 DSP garapan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini.

Baca Juga:
Series ‘Jalur Pesona Indonesia’ Mulai Tayang, Diawali Kisah Inspiratif Komunitas Labuan Bajo Longboard

Menurut dia, di Dapur Tara pihaknya menawarkan suasana yang berbeda kepada wisatawan. Sebab wisatawan bisa ikut berkebun, ikut memasak, pergi ke Sekolah Barter, hingga bergabung dengan masyarakat jika ada acara adat di kampung – kampung sekitar.

“Mereka juga belajar bagaimana kehidupan kami. Tidak seratus persen, tetapi setidaknya mengalami di dalam perjalanan mereka,” ucapnya.

Menu Nasi Kolo, Manuk Cuing, Lomak, dan lainnya di Dapur Tara. (Foto: Instagram/@dapur.tara.flores)

Khusus terkait Sekolah Barter, Liz menyebut, itu adalah Sekolah PAUD dan sekolah informal. Di sekolah ini, ia ingin memperlihatkan kepada wisatawan tentang budaya Flores dahulu.

“Liz memilih mengangkat kembali budaya kami waktu Liz kecil, dan sebelumnya, di mana sekarang mulai luntur. Jadi barter. Mereka tidak membayar dengan uang, tetapi membayar dengan apa yang mereka punya. Misalnya kelapa, pisang, ubi, atau beras, atau jahe, dan itu kami bawa ke sini. Jadi dari tempat ini, kami juga mensuport mereka,” paparnya.

Baca Juga:
Series ‘Jalur Pesona Indonesia’ Angkat Kisah Inspiratif ‘Wonderful People’ di 5 DSP

Bagi Liz, kolaborasi seperti ini merupakan hal penting. Minimal bisa membantu perekonomian keluarga, meski sedekit demi sedikit.

“Buat saya, (kolaborasi) itu seperti membangun kekeluargaan. Satu orang bisa mencangkul, yang lain bisa menanam, yang lain bisa panen, yang lain lagi bisa memasak. Kalau kami di kampung biasanya bilang seribu dua ribu itu dapat bersama. Sehingga itu bisa membantu perekonomian keluarga mereka, meskipun sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Nasi Kolo atau Nasi Bambu yang disajikan di Dapur Tara. (Foto: Instagram/@dapur.tara.flores)

Liz kemudian berbagi cerita tentang menu-menu yang ada di Dapur Tara. Di mana bahan-bahan yang digunakan semua dipastikan segar, karena langsung dipetik dari kebun.

“Di sini ada Nasi Kolo (Nasi Bambu) atau Hang Kolo dalam bahasa Manggarai. Ada Lomak. Ada Manuk Cuing, yang kalau di Timor dibilang Se’i. Dan masih banyak lagi,” bebernya.

Baca Juga:
Liburan ke Labuan Bajo, Jessica Iskandar: Serasa di Luar Negeri

Di akhir ceritanya, Liz mengakui bahwa mimpinya yang paling besar adalah mengangkat kembali benih-benih asli tanah Flores. Ia menyebutnya, ‘kembali ke akar’, yang juga diangkat sebagai tema episode 2 ‘Jalur Pesona Indonesia’.

“Kembali ke akar. Kalau orang punya sense untuk kembali ke akar, di sana akan ketemu semuanya,” tandas Liz.

“Saya membangun Dapur Tara karena terinspirasi dari di mana kami tinggal dulu waktu kecil, kita tinggal di kebun, kita masak dengan kayu api. Kita ambil makanan di kebun juga. Di situ ambil semuanya,” tambahnya.

Wisatawan yang berkunjung ke Dapur Tara bisa memetik sendiri sayur di kebun. (Foto: Instagram/@dapur.tara.flores)

Jadi, menurut dia, semua ide di Dapur Tara ini terinspirasi dari kehidupan masa kecil yang memang semuanya memanfaatkan apa yang ada di sekitar.

“Jadi tidak terlalu jauh melihat, tetapi melihat yang di akar. Dari akar ini akan tumbuh sesuatu yang baik. Sudah cukup kita melihat emas di tanah luar, emas di negeri kita terlalu banyak. Mari kita kembali ke akar kita,” pungkas Liz. klb/san

Terkini

Terpopuler

Pembuatan Undangan Digital, Klik Disini!