KABAR LABUAN BAJO – Kampung Compang, Desa Golo Kempo, Kecamatan Sano Nggoang merupakan sentra pembuatan gerabah di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejak lama, masyarakat di wilayah itu bergelut dengan kerajinan gerabah. Namun proses produksi gerabah yang dilakukan masyarakat setempat kurang bergairah, karena aktivitas mereka jauh dari perhatian pemerintah.
Belum lagi untuk mendapatkan bahan baku, yakni tanah liat, masyarakat harus berjalan kaki berjam – jam. Begitu pun akses pasar, tak begitu menggembirakan.
Namun kondisi itu tak mematahkan semangat mereka untuk terus berkarya. Bahkan sejak tahun 2017, usaha mereka mulai terkoordinir dengan membentuk kelompok perajin gerabah.
Baca Juga:
‘Tarian’ Kalong di Ujung Senja, Sisi Lain Keindahan Labuan Bajo
“Dulu, kita perorangan saja. Tidak ada perhatian khusus dari pemerintah,” tutur Koordinator Kelompok Perajin Gerabah Kampung Compang, Maksi Son, saat kabarlabuanbajo.com mengunjungi pusat produksi gerabah di Kampung Compang, Senin 10 Juli 2023.
“Namun setelah didorong oleh pemerintah desa (Desa Golo Kempo) untuk pemberdayaan kelompok usaha, maka kami semangat dan kemudian membentuk kelompok,” imbuhnya.
Ia tak menampik, dari sisi kualitas dan kuantitas, hasil kerajinan kelompok tersebut memang belum cukup menggembirakan.
Namun pemerintah desa setempat terus mendorong dan mendukung usaha kelompok perajin gerabah ini, terutama dalam meningkatkan kualitas produksi.
“Dorongan dari pemerintah desa membuat kelompok ini tetap eksis, meski hasil produksi belum banyak dan mungkin kualitasnya belum bagus,” beber Maksi Son.
Baca Juga:
Labuan Bajo, Kampung Nelayan Kecil yang Disulap Menjadi Destinasi Berstandar Internasional
Sayangnya, semangat para perajin yang terbangun sepanjang tahun 2017 hingga 2019 justru mendapat ujian berat tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi Covid-19. Bahkan kerajinan gerabah ikut terpuruk akibat wabah global ini.
Setelah pandemi berlalu, usaha ini kembali menggeliat sejak Juni 2023. Para perajin kembali bergumul dengan kreativitasnya, tentu saja masih dengan sokongan pemerintah Desa Golo Kempo.
“Pemerintah desa terus mendorong kegiatan kelompok ini, sehingga mulai bulan Juni lalu kami sudah berkegiatan kembali,” kata Maksi Son.
Baca Juga:
Golo Mori Juga Menawarkan Pesona Pantai Pasir Putih
Ditemui secara terpisah, Kepala Desa Golo Kempo, Abdul Malik, menegaskan komitmennya untuk terus mendorong para perajin gerabah di Kampung Compang supaya lebih berkembang dan maju.
Ia bahkan bertekad menjadikan Kampung Compang menjadi destinasi wisata gerabah. Apalagi, kerajinan gerabah sudah digeluti masyarakat setempat secara turun temurun.
“Ini sudah turun temurun. Kerajinan dari tanah liat di Compang ini sudah dikenal lama, namun belum terkoordinir dengan baik. Ini sangat berpotensi, sehingga kita mendorong dan mendukung agar menghasilkan karya gerabah yang berkualitas, mutunya terjamin,” tandas Abdul Malik.
Baca Juga:
Kata Para Pemimpin ASEAN Tentang Labuan Bajo: Indah, Romantis, Spektakuler!
Pihaknya bahkan mendatangkan instuktur dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk mendukung usaha Kelompok Perajin Gerabah Kampung Compang ini.
“Ada dua orang instruktur gerabah kita hadirkan. Ini supaya kelompok perajin gerabah mendapat ilmu terkait membuat gerabah yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di pasar. Apalagi Manggarai Barat ini destinasi pariwisata super prioritas,” jelas Abdul Malik.
Ia juga berharap, ke depan para perajin gerabah di desanya mendapat perhatian khusus dari pemerintah kabupaten hingga pusat. Terutama dalam mengurai kendala yang dialami para perajin, baik terkait akses menuju lokasi bahan baku gerabah hingga akses pasarnya.
“Semoga masalah akses ke lokasi bahan baku ini nantinya akan mendapat perhatian pemerintah kabupaten, provinsi atau pusat. Begitu juga soal akses pasarnya,” harap Abdul Malik. klb/itho umar