KABAR LABUAN BAJO – Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Manggarai Barat Silvester Wanggel, mengakui jika okupansi hotel di Labuan Bajo sejauh ini masih rendah.
“Memang jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke Manggarai Barat, tingkat hunian kamar hotel memang masih rendah,” ucapnya, saat ditemui disela-sela diskusi publik ‘Permasalahan Perempuan dan Anak di Kota Super Premium’ yang diselenggarakan Perhimpunan Wartawan Manggarai Barat (PWMB) serangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN), di Ballroom Labuan Square, Labuan Bajo, Kamis 9 Februari 2023.
Menurut dia, kondisi tersebut lebih parah saat-saat sepi pengunjung seperti bulan Februari saat ini. Februari hingga Mei, biasanya masuk musim low season.
“Sekarang Februari memang low season. Karena musim liburan orang Eropa itu rata-rata Juni – September. Tetapi kita tetap bersyukur dengan tingkat kunjungan wisatawan nusantara, yang banyak mengisi kamar-kamar hotel di Labuan Bajo,” ujar Silvester Wanggel.
Selain low season, diakuinya hal lain yang membuat okupansi hotel di Labuan Bajo masih rendah adalah karena cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo tetapi langsung ke pulau-pulau. Mereka bahkan menginap di kapal wisata.
Apalagi berdasarkan data PHRI, ada sekitar 700 lebih kapal wisata di Labuan Bajo. Dari jumlah ini, sekitar 40 persen di antaranya yang memiliki fasilitas kamar.
“Ada sekitar 700 lebih kapal wisata, dengan perkiraan jumlah kamar mencapai 1.000. Kalkulasi kami, sekitar 30 persen wisatawan yang langsung ke laut. Jelas ini berpengaruh pada okupansi hotel di Labuan Bajo,” papar Silvester Wanggel.
Ia tak menampik, produk wisata Labuan Bajo memang adalah laut dan pulau-pulau. Itu sebabnya, Labuan Bajo terkesan sebagai daerah transit semata.
“Nah, ini yang menurut kami penting untuk terus didiskusikan, baik dengan pemerintah maupun pihak-pihak terkait,” tuturnya.
Diskusi ini penting, mengingat ada sekitar 3.000 kamar hotel saat ini di Labuan Bajo. Sekitar 2.000 kamar di antaranya masuk kategori kamar hotel yang representatif. Sisanya 1.000 kamar homestay, penginapan, dan lain-lain.
“Jadi kalau ada 1.000 orang wisatawan per hari yang ke Labuan Bajo, sekian persennya langsung ke laut, maka jelas banyak hotel yang tidak kebagian. Memang ini rumit, karena juga soal pilihan dari wisatawannya sendiri,” ujar Silvestar Wanggel.
“Tetapi biar bagaimana pun, kami berharap keadilan. Sebab dari sisi investasi, membangun hotel itu mahal. Beli tanah, bangun hotel, pekerjakan banyak orang. Belum lagi kita menyetor pajak, karena tamu yang menginap di hotel itu ada PPH 10 persen. Jadi pemerintah sebenarnya diuntungkan,” pungkasnya. klb/san