KABAR LABUAN BAJO – Selama ini, porsi kredit perbankan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia, masih sangat rendah. Hal ini sangat berbeda dengan negara lainnya.
Hal tersebut dipicu karena hampir semua bank di Indonesia lebih cenderung memberikan pembiayaan kepada perusahaan besar. Padahal di negara lain di dunia, perusahaan besar justru mencari pembiayaan dari pasar modal.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Organisasi, Eka Sastra, di sela Simposium dan Lokakarya Nasional Nusantaranomics di Jakarta, Senin 27 Februari 2023.
“Salah satu sumber penting bagi berkembangnya untuk UMKM adalah pembiayaan,” kata Eka Sastra.
“Cuma kalau kita lihat pembiayaan sektor perbankan terhadap UMKM masih sekitar 20 persenan. Beda dengan negara lain, hampir 50 persen, seperti di Malaysia misalnya, dan beberapa negara lain. Akibatnya UMKM kita tidak mampu memiliki akses pembiayaan untuk menghidupkan mereka,” imbuh Staf Khusus Bidang Makro Kementerian Investasi/ BKPM itu.
Baca Juga:
Gua Batu Cermin, Salah Satu Daya Tarik Wisata Labuan Bajo
Ia pun mengusulkan agar ada pemisahan porsi kredit bagi pelaku UMKM dengan perusahaan besar. Ini akan menjadi solusi pembiayaan bagi sektor UMKM.
“Kalau di Indonesia, perusahaan besar maupun perusahaan kecil, UMKM, itu memintanya ke bank. Seharusnya dibagi, yang perusahaan besar sudah mulai memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan, UMKM yang banyak berkontribusi dengan perbankan,” tandasnya.
Ia tak menampik, pemerintah terus mencari solusi agar semakin besar porsi pembiayaan perbankan bagi UMKM.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki legalitas pelaku UMKM, agar mereka lebih mudah mendapatkan kredit perbankan. klb/angela