KABAR LABUAN BAJO – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya meningkatkan literasi digital. Apalagi berdasarkan survei, indeks literasi masyarakat Indonesia saat ini masih berada di level sedang.
Parahnya, dari empat pilar literasi yang menjadi perhatian Kementerian Kominfo, yang paling rendah justru digital safety. Ini terbukti dari mudahnya masyarakat terjerat penipuan online.
Hal ini sebagaimana disampaikan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, dalam Kick Off Literasi Digital Sektor Pendidikan – Transformasi Digital di Era 5.0, yang berlangsung di Menara Danareksa, Jakarta Selatan, Kamis 23 Februari 2023.
“Indeks literasi kita saat ini sedang, kalau skala 1 sampai 5 berdasarkan survei yang kami lakukan tahun lalu indeksnya 3,54 persen. Kenaikannya cuman 5 poin, dan dari empat pilar yang kita dorong untuk lakukan literasi, yang paling rendah adalah digital safety yang terefleksikan di masyarakat kita,” jelasnya.
Baca Juga:
Menkominfo Ingatkan Tiga Tantangan Serius Pers di Era Disrupsi Digital
Ia menyebut, rendahnya nilai pilar digital safety tercermin salah satunya dari modus penipuan yang marak terjadi di tengah masyarakat.
“Masyarakat kita itu paling mudah ditipu secara online dan penipuan online sangat tinggi di Indonesia. Laporan ke kami tahun lalu, sudah lebih dari 130 ribu,” beber Semuel.
“Maka yang bisa kita lakukan misalnya ketika mengetahui ada penipuan seperti menggunakan akun bank bodong, kita minta bank terkait untuk memblokir agar tidak bisa lagi digunakan, ini yang perlu ditingkatkan,” imbuhnya.
Mencermati hal ini, Kementerian Kominfo pun terus bekerja keras meningkatkan literasi digital masyarakat. Salah satunya adalah dengan melibatkan 12 perguruan tinggi nasional.
Ke-12 perguruan tinggi tersebut antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, Universitas Tidar, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas Esa Unggul, Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta, Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, serta Institut Teknologi PLN.
Baca Juga:
Ratusan Situs Pemerintahan Hingga Lembaga Pendidikan Disusupi Konten Perjudian
Semuel berharap, kerja sama dengan perguruan tinggi dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan ruang digital yang aman dan produktif.
“Kalau masyarakat bisa membentengi dirinya untuk menghindari berbagai penipuan secara online, maka indeks literasi safety kita akan naik. Sehingga kita bisa lebih fokus lagi ke literasi skill, budaya dan etika,” ucapnya.
“Ini yang kita harapkan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset-riset, materi pembekalan supaya kita bisa mulai dari perguruan tinggi,” lanjut Semuel.
Ia menambahkan, pemerintah maupun lembaga terkait tidak bisa berjalan sendiri untuk mewujudkan tingkat literasi digital di Indonesia. Oleh karena itu, kerja sama dengan dunia perguruan tinggi menjadi salah satu kunci dalam mencapai target peningkatan literasi digital masyarakat.
“Kami mengajak untuk berkolaborasi bersama-sama membuat perubahan mendasar, karena kita memasuki era baru yaitu era dimana ketersambungan ruang fisik dan ruang digital menjadi satu kesatuan. Untuk itu, kita perlu kesadaran baru, perlu pengetahuan baru, perlu dibekali keahlian-keahlian baru agar dapat mengisi ruang digital secara produktif,” ajak Semuel. klb/san