KABAR LABUAN BAJO – Perayaan hari ulang tahun umumnya dilaksanakan setiap tahun. Namun tidak demikian halnya bagi mereka yang lahir tanggal 29 Februari.
Mereka harus menunggu tahun kabisat atau leap year untuk bisa merayakan momen spesial tersebut. Artinya, mereka merayakan hari ulang tahun sekali dalam empat tahun.
Dikutip dari berbagai sumber, rasio kelahiran pada tanggal 29 Februari di dunia memang sangat kecil, yakni hanya 1 banding 1.461. Jadi hanya sekitar 5 juta orang di seluruh dunia yang lahir pada tanggal 29 Februari.
Sama seperti tahun 2001 dan 2022, tahun 2023 ini mereka yang lahir tanggal 29 Februari tidak merayakan hari ulang tahun. Sebab bulan Februari tahun ini juga hanya sampai tanggal 28 hari ini.
Mereka baru bisa merayakan ulang tahun ini 2024 nanti. Sedangkan perayaan selanjutnya harus menunggu tahun 2028.
Baca Juga:
27 Februari: Hari Kemerdekaan Republik Dominika
Berdasarkan sejarah, beberapa sumber menyebutkan bahwa penambahan tanggal 29 Februari dalam 4 tahun sekali ini bertujuan untuk memastikan sistem kalender tetap sejalan dengan gerakan bumi mengelilingi matahari.
Meskipun kalender berisi 365 hari, waktu sebenarnya yang dibutuhkan bumi untuk mengorbit bintangnya sedikit lebih lama, yakni sekitar 365,2421 hari.
Perbedaan tersebut mungkin tampak tidak berarti. Namun selama beberapa dekade, waktu yang hilang tersebut dapat bertambah per tahunnya. Maka dari itu, memastikan konsistensi dengan tahun astronomi yang sebenarnya, perlu secara berkala menambahkan satu hari ekstra untuk mengganti waktu yang hilang dan mengembalikan kalender agar selaras dengan langit.
Baca Juga:
17 Februari Hari Kemerdekaan Kosovo
Tahun kabisat pertama konon diperkenalkan oleh Julius Caesar. Caesar dan filsufnya, Sosigenes, membuat suatu modifikasi penting dalam kalender Romawi kuno.
Caesar dan Sosigenes menambahkan satu hari untuk setiap tahun keempat. Mereka menambahkan hari tersebut di bulan kedua tahun itu, yakni Februari.
Hanya saja sekitar abad ke-16 sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa perhitungan Julius Caesar masih kurang tepat. Hal ini menjadi masalah bagi Gereja Katolik, karena tanggal Paskah telah menyimpang dari tanggal tradisionalnya.
Paus Gregorius XIII kemudian menugaskan untuk membuat kalender yang dimodifikasi. Kalender tersebut tetap mempertahankan hari kabisat, tetapi memperhitungkan ketidakakuratan dengan menghilangkannya pada tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400, di antaranya tahun 1700, tahun 1800, dan tahun 1900.
Kalender Gregory yang dimodifikasi tersebut adalah kalender modern yang dikenal seperti sekarang ini, dengan tanggal 29 Februari setiap empat tahun sekali. klb/san