KABAR LABUAN BAJO – Taman Nasional Komodo (TNK) menjadi salah satu andalan destinasi wisata super prioritas Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan TNK, yang mendominasi data kunjungan ke Manggarai Barat setiap tahunnya, termasuk 2022 lalu.
Meski begitu, jumlah kunjungan tersebut masih jauh dari harapan. Sepanjang 2022 lalu misalnya, total 170.354 wisatawan berkunjung ke Labuan Bajo.
Sebanyak 60.770 orang di antaranya adalah wisatawan mancanegara. Sisanya 109.307 wisatawan nusantara dan 277 wisatawan lokal.
Dari data kunjungan ini, Loh Liang di Pulau Komodo menjadi destinasi favorit wisatawan. Sebanyak 28.556 wisatawan mancanegara dan 65.629 wisatawan nusantara yang berkunjung ke Loh Liang, sepanjang 2022.
Baca Juga:
6 Maret 1980: Pemerintah Umumkan Pembentukan Taman Nasional Komodo
Di tengah belum maksimalnya kunjungan wisatawan tersebut, para pegiat wisata mencoba merayu wisatawan agar lebih banyak lagi yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo. Apalagi, kunjungan wisatawan selama ini juga belum banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat.
Merayu wisatawan, salah satunya dengan mengembangkan berbagai atraksi wisata di desa-desa wisata yang menjadi penyangga Taman Nasional Komodo, seperti Desa Komodo, Pasir Panjang, maupun Papagarang.
“Kami tidak ingin hanya menjadi penonton dari wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo,” kata penggerak Desa Wisata Pasir Panjang, Mustafa Moeis, sebagaiman dikutip dari keterangan pers, Minggu 5 Maret 2023.
Mustafa melontarkan hal itu dalam acara Biannual Tourism Forum (BTF) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Baparekraf), tanggal 2-4 Maret 2023 di Labuan Bajo.
Baca Juga:
Pulau Padar, Tak Hanya Eksotis Namun Juga Rumah Bagi Chelonia Mydas
Saat ini, pihaknya sedang mengembangkan berbagai atraksi wisata yang diharapkan dapat mengundang wisatawan berkunjung ke Desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, melalui Kelompok Sadar Wisata Meet Native Rinca.
Atraksi wisata yang sedang mereka kembangkan berada di Gua Kalong, Batu Balok, Pulau Gadoh dan Pulau Pempe.
“Sejak tahun 2019 lalu, pertunjukan pentas seni budaya tarian Animal Pop Komodo dan Manca Bajo, kami juga kembangkan hingga saat ini,” kata Mustafa.
Sejak dibuka kembali untuk wisatawan pada Mei tahun lalu, Desa Pasir Panjang sudah beberapa kali melakukan pementasan. Setidaknya, ada 1.855 wisatawan yang berkunjung ke desa itu.
“Kunjungan wisatawan berdampak pada peningkatan ekonomi warga yang terlibat dalam atraksi wisata desa,” tutur Mustafa.
Baca Juga:
Gua Batu Cermin, Salah Satu Daya Tarik Wisata Labuan Bajo
Sementara itu penggerak wisata Desa Papagarang, Risman, mengatakan bahwa pihaknya sedang mengembangkan ekowisata pemekaran Desa Komodo.
“Kami ingin wisatawan yang berkunjung ke sini, dapat menikmati ekowisata mangrove, menikmati matahari terbit dan terbenam dari Bukit Santai, juga menginap di homestay dan mencicipi kuliner khas Manggarai Barat di Papagarang,” ucapnya.
Adapun penggerak Desa Wisata Golo Mori, Alfa Hidayat, menyatakan semangat dan optimismenya dalam menggerakkan warga desa untuk mengembangkan potensi pariwisata.
Hal itu terlihat saat ia menjelaskan potensi wisata di depan para pemangku pariwisata Biannual Tourism Forum. Mereka sedang menggerakkan warga untuk memulai usaha di Pantai Laing Lewe dengan sajian kopi, makanan dan minuman ringan sambil menikmati perairan laut yang tenang dan pemandangan unik bukit Golo Mori. Selain itu, mereka juga punya tradisi berupa pasar barter, yang hanya ada di akhir pekan.
“Inisiatif pengembangan paket wisata untuk menarik lebih banyak kunjungan ke desa wisata kami muncul sejak kami mendapatkan pelatihan tentang bagaimana mengembangkan paket wisata yang menarik dari Program Kampanye Sadar Wisata,” tutur Alfa, yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan.
Baca Juga:
Menparekraf: Desa Wisata Terbukti Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Hingga 30 Persen
Biannual Tourism Forum memang menjadi peluang kolaborasi desa wisata dengan pemangku kepentingan. Kolaborasi menjadi salah kata kunci yang selalu ditekankan Menparekraf/ Kabaparekraf Sandiaga Uno, dalam mendorong kembali bangkitnya pariwisata pascapandemi, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas pelaku pariwisata.
Melalui acara Biannual Tourism Forum yang digelar di enam Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi, Kemenparekraf memfasilitasi desa-desa wisata supaya berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk memperoleh peluang akses pembiayaan dalam pengembangan potensi dan keunikan desa wisata.
Biannual Tourism Forum 2023 kali ini secara khusus menjadi forum penguatan komitmen rencana pengembangan desa wisata yang menjadi hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Program Kampanye Sadar WIsata 5.0, yang telah bergulir sejak tahun 2022 lalu hingga akhir 2023 nanti, dengan dukungan penuh dari Bank Dunia.
Pemangku kepentingan yang dihadirkan pada Biannual Tourism Forum di Labuan Bajo berasal dari Super Apps Traveloka, Asosiasi Travel Agent Indonesia, Asisten Deputi Pembiayaan Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Direktorat Pengembangan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT WIKA, PT Langit Biru Pertiwi, NGO Swisscontact, Praktisi Desa Wisata, Perwakilan BPPD Kabupaten Manggarai Barat, serta Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat. klb/san