BMKG Ingatkan Waspadai Gelombang Tinggi Hingga 4 Meter, Termasuk di NTT

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn
Pinterest
Print
Ilustrasi gelombang tinggi. (Foto: Pixabay)

KABAR LABUAN BAJO – Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai adanya potensi gelombang tinggi hingga 4 meter pada tanggal 16-17 Februari 2023.

Gelombang tinggi tersebut berpotensi terjadi di beberapa perairan di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Terkait hal ini, BMKG mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap waspada. Masyarakat diingatkan untuk berhati-hati dalam melakukan aktivita di pesisir maupun laut.

“Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi, agar tetap selalu waspada,” tutur Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo, di Jakarta, Rabu 15 Februari 2023.

Ia menyebut, pola angin di wilayah Indonesia menjadi salah satu penyebab terjadinya gelombang tinggi. Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari barat laut-timur laut dengan kecepatan berkisar 5-30 knot. Adapun di wilayah Indonesia bagian selatan, angin dominan bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan berkisar 5-25 knot.

“Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa, perairan Kepulauan Sangihe – Kepulauan Talaud, Laut Banda, perairan Kepulauan Kai – Kepulauan Aru, dan Laut Arafuru,” jelas Eko Prasetyo.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi di kisaran lebih tinggi 2,5-4 meter yang berpeluang terjadi di Samudra Hindia Selatan Banten – NTT serta perairan selatan Pulau Sumba.

Selanjutnya di perairan utara Sabang, perairan barat Kepulauan Mentawai – Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten – Sumbawa, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, Laut Natuna Utara, perairan utara Kepulauan Natuna.

Kemudian, Laut Jawa bagian tengah dan timur, perairan Kepulauan Sangihe – Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, Laut Banda bagian utara, perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Samudra Pasifik Utara Halmahera, serta Laut Arafuru bagian timur.

Adapun untuk 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian utara, Selat Makassar bagian selatan, Laut Sumbawa – Laut Flores, perairan Kepulauan Sabalana – Kepulauan Selayar, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba, perairan Pulau Sawu – Kupang – P Rote, Laut Sawu.

Kemudian di perairan barat Aceh – Kepulauan Nias, Samudra Hindia Barat Aceh – Kepulauan Nias, perairan Kepulauan Anambas, perairan selatan Kepulauan Natuna, Laut Natuna, perairan timur Kepulauan Bintan – Kepulauan Lingga, Selat Karimata, serta perairan utara Pulau Belitung.

Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa, perairan selatan Kalimantan, perairan selatan Baubau – Wakatobi, dan Laut Sulawesi bagian tengah dan timur.

Selanjutnya perairan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung, Laut Maluku bagian selatan, Laut Seram, perairan Pulau Buru – Pulau Ambon – Pulau Seram, Laut Banda bagian selatan, perairan Kepulauan Sermata – Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai – Kepulauan Aru, perairan Sorong – Amamapare – Yos Sudarso, Laut Arafuru bagian barat dan tengah, perairan utara Papua Barat – Papua, serta Samudra Pasifik Utara Papua Barat – Papua.

Terkait potensi gelombang tinggi ini, Eko Prasetyo meminta agar memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran seperti perahu melayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).

Kemudian kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m) serta kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m). klb/san

Terkini

Terpopuler

Pembuatan Undangan Digital, Klik Disini!