Bangun Observatorium Nasional di NTT, BRIN Kaji Potensi Wisata Astronomi

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn
Pinterest
Print
Proses konstruksi Observatorium Nasional di Gunung Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. (Foto: Dok BRIN via Antara)

KABAR LABUAN BAJO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sedang membangun Observatorium Nasional di Gunung Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lokasi itu dipilih untuk membangun Observatorium Nasional, karena memiliki malam tercerah yang paling panjang sekitar 70 persen dalam setahun.

Nantinya, observatorium untuk pengamatan antariksa ini memiliki fasilitas utama berupa teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dan teleskop radio berbentuk parabola dengan diameter 20 meter.

Fasilitas itu juga memiliki dua teleskop optik berukuran kecil dengan diameter 50 sentimeter, antena Dipole Array berukuran 100 meter x 100 meter, dan magnetometer.

Baca Juga:
Ayodhia Kalake Jadi Penjabat Gubernur NTT, Ini Profilnya

Tak sekadar membangun Observatorium Nasional, BRIN juga sedang mengkaji potensi wisata astronomi untuk mengamati fenomena langit di lokasi itu.

Hal ini sebagaimana disampaikan Thomas Djamaluddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN, seperti dikutip dari laman resmi BRIN, Sabtu 9 September 2023.

Dikatakan, kajian etnoastronomi atau kajian astronomi budaya yang merupakan perpaduan antara etnografi dan astronomi ini dipandang sangat diperlukan untuk mendukung astrowisata yang minim polusi cahaya.

Baca Juga:
Begini Penampakan Terbaru Stan Kuliner di Kawasan Ekowisata Sano Limbung

Sementara menurut Sastri Sunarti, Kepala Pusat Riset Manuskrip Literatur dan Tradisi Lisan BRIN, astronomi budaya terbagi menjadi dua yaitu etnoastronomi (astronomi etnis) dan arkeoastronomi (astronomi yang tercatat pada situs-situs arkeologi).

Etnoastronomi menggambarkan penggunaan astronomi oleh suatu etnis atau suatu masyarakat tertentu. Sedangkan arkeoastronomi mengkaji kegiatan ilmu astronomi pada zaman dahulu yang terekam pada situs-situs arkeologi.

Amfaong, diakui Sastri Sunarti, memiliki tradisi lisan masyarakat yang dapat mendukung wisata astronomi di Observatorium Nasional Timau ini. Pengetahuan astronomi budaya tersebut bisa dijadikan sebagai modal untuk mendukung pariwisata langit gelap.

Baca Juga:
Menteri Perdagangan: Stok Beras Aman Hingga Akhir Tahun

“Selain matahari, rasi bintang juga digunakan dalam penentuan musim. Ini menjadi pengetahuan yang menjadi budaya atau tradisi lisan yang kuat bagi masyarakat Amfoang,” ujarnya.

“Ilmu pengetahuan tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan,” imbuh Sastri Sunarti, sembari menambahkan bahwa BRIN telah mengumpulkan beberapa pengetahuan astronomi dari masyarakat Amfoang.

Ia menyebut, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan pengetahuan astronomi budaya pada masyarakat Amfoang, yang berkaitan juga dengan astronomi modern.

Pengetahuan astronomi budaya tersebut di antaranya istilah ‘Noel Neno’ yang dalam astronomi Amfoang artinya ‘sungai di langit’. Sedangkan dalam astronomi modern disebut Bimasakti atau Milky Way.

Baca Juga:
‘Tarian The Spirit of Caci’ Sukses Antar SMK Negeri 3 Komodo Juara 1 Lomba Tarian Daerah Se-NTT

Ada juga istilah ‘Maklafu Kotog’ atau rasi Pleiades yang digunakan masyarakat Amfoang untuk penentuan akhir musim kering dan awal musim hujan.

“Terbenamnya ‘Sua Oni’ atau Bintang Kejora atau Venus di awal malam digunakan sebagai penanda awal kegiatan panen madu hutan. Itulah saat malam yang sangat gelap,” urai Sastri Sunarti.

Bagi masyarakat Amfoang, makna bintang di langit dikelompokkan menjadi dua, yaitu penanda musim dan penanda kultural.

Salah satu contoh penggunaan sebagai penanda musim adalah untuk musim bercocok tanam serta musim penghujan. Sedangkan, penanda kultural berfungsi sebagai penanda akan ada orang besar meninggal atau pertanda akan ada bencana.

Sastri Sunarti pun berharap, hasil penelitian tradisi lisan tentang langit bisa memperkaya muatan wisata astronomi di Observatorium Nasional Timau nantinya. klb/san

Terkini

Terpopuler

Pembuatan Undangan Digital, Klik Disini!