22 September: Hari Kemerdekaan Mali

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn
Pinterest
Print
Tangkapan layar - Peta negara Mali di google maps. (Foto: Kabar Labuan Bajo/San Edison)

KABAR LABUAN BAJO – Tanggal 22 September merupakan Hari Kemerdekaan Mali. Negara yang dahulu bernama Sudan Prancis itu sesungguhnya mendapatkan kemerdekaan dari Prancis pada tanggal 20 Juni 1960.

Hanya saja, Mali mengakui tanggal kemerdekaannya adalah 22 September 1960. Itu sebabnya, Hari Kemerdekaan Mali sampai sekarang dirayakan pada tanggal itu setiap tahunnya.

Republik Mali dengan ibu kota Bamako merupakan negara terbesar kedelapan di Afrika. Negara ini terkurung daratan di Afrika Barat. Bekas jajahan Prancis ini berbatasan dengan Aljazair di sebelah utara; Niger di timur; Burkina Faso dan Pantai Gading di selatan; Guinea di barat daya; serta Mauritania di barat.

Perbatasan Mali di sebelah utara memanjang ke tengah Gurun Sahara. Mayoritas penduduknya tinggal di wilayah selatan, di mana terdapat Sungai Niger dan Senegal.

Baca Juga:
21 September: Hari Kemerdekaan Belize

Dikutip dari National Today, wilayah Afrika Barat yang sekarang disebut Mali sebelumnya merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar yang menguasai perdagangan sub-Sahara. 

Ketiga kerajaan tersebut, yakni Kekaisaran Ghana, Kekaisaran Mali, dan Kekaisaran Songhai, tidak hanya sangat kuat namun juga sangat kaya. Faktanya, Mali adalah salah satu negara terkaya di Afrika dan dunia, dan kaisarnya pada saat itu, Mansa Musa, sering disebut sebagai orang terkaya dalam sejarah. 

Bendera Mali. (Foto: Pixabay)

Negara ini juga merupakan tempat pembelajaran dan kebudayaan yang terkenal serta merupakan pusat Islam.

Ketika Kekaisaran Mali melemah seiring berjalannya waktu, mereka dikuasai oleh Kekaisaran Songhai yang sedang berkembang. Saat Eropa membangun jalur perdagangan yang berbeda, jalur perdagangan sub-Sahara yang tadinya langka dan makmur mulai kehilangan keunggulannya. 

Baca Juga:
18 September: Hari Kemerdekaan Chili

Kerajaan – kerajaan yang dahulunya kaya, kemudian mengalami penurunan pengaruh dan kekuasaan secara signifikan. Pada abad ke-19, bahkan ketika kolonialisme telah menyebar ke seluruh dunia, jarak Mali dari laut membantu wilayah tersebut lepas dari kekuasaan. 

Namun, kekaisaran Mali telah mengalami serangkaian perang internal agama, yang menyebabkan wilayah tersebut memiliki banyak negara teokratis. 

Prancis mulai menaruh perhatian pada negara itu, secara bertahap mengambil kendali pada tahun 1892, dan akhirnya menjadikannya wilayah kolonial Prancis pada tahun 1905.

Baca Juga:
15 September 1821: Lima Negara di Amerika Tengah Merdeka

Baru pada tahun 1946 terbentuklah majelis teritorial yang disebut Persatuan Sudan – Partai Demokrat Afrika (Union Soudanaise – Rassemblement Démocratique Africain atau US–RDA). Ini adalah langkah pertama kawasan ini untuk menjadi otonom dan independen dari otoritas Prancis.

Mereka kemudian bergabung dengan Senegal pada Januari 1959, membentuk Federasi Mali. Akhirnya, Prancis menandatangani perjanjian untuk mengalihkan kekuasaan kembali ke penduduk asli, yang mulai berlaku pada bulan Juni 1960.

Hanya saja, kemunduran lain terjadi pada masyarakat Mali. Perbedaan kebijakan muncul antara Senegal dan Mali. Hal ini, ditambah dengan pupusnya harapan bahwa wilayah berbahasa Prancis lainnya akan bergabung dengan serikat mereka, menyebabkan pembubaran Federasi Mali pada bulan Agustus 1960. 

Sebulan kemudian, pada September 1960, Mali tetap mendeklarasikan kemerdekaannya dan menjadi Republik Mali. Perayaan untuk memperingati perjuangan kemerdekaan ini terus diadakan sejak saat itu. klb/angela

Terkini

Terpopuler

Pembuatan Undangan Digital, Klik Disini!