KABAR LABUAN BAJO – Tanggal 20 Maret merupakan Hari Kemerdekaan Republik Tunisia. Negara paling utara di Benua Afrika ini merdeka dari protektorat Prancis pada 20 Maret 1956.
Tunis adalah ibu kota Tunisia, sekaligus menjadi kota dengan penduduk paling padat di negeri itu. Selain Tunis, ada juga beberapa kota utama di Tunisia, seperti Sfax, Sousse, Kairouan, Bizerte, serta Gabes.
Negara dengan luas 162.155 km2 ini berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat, Libya di tenggara, dan Laut Mediterania di utara dan timur. Tunisia memiliki garis pantai sepanjang 1.300 km, yang terbentang dari bagian utara hingga tenggara.
Tunisia terletak di ujung timur Pegunungan Atlas serta di bagian utara Gurun Sahara. Bahkan 40 persen tanahnya merupakan bagian dari Gurun Sahara. Sedangkan sisanya berupa tanah subur.
Baca Juga:
11 Maret: Lithuania Merdeka dari Uni Soviet
Dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, negara yang berada di selatan Italia ini memiliki banyak sumber daya alam, seperti minyak mentah, besi, timah, fosfat hingga seng.
Mayoritas penduduk Tunisia adalah suku bangsa Arab. Itu juga sebabnya 98 persen penduduk di negara ini beragama Islam. Sisanya adalah Kristen dan Yahudi.
Republik Tunisia memiliki catatan sejarah yang panjang hingga akhirnya merdeka. Berbagai sumber menyebut, pada zaman kuno, Tunisia dihuni oleh Suku Berber.
Kemudian terjadi migrasi kaum Fenisia yang dipimpin oleh Carthage, dimulai pada abad 12 SM. Cartaghe kemudian membuat Tunisia menjadi saingan Yunani yang hampir dihancurkan Kekaisaran Romawi dalam Perang Punisia Kedua.
Baca Juga:
2 Maret 1956: Maroko Merdeka dari Prancis
Baru dalam Pertempuran Carthage tahun 149 SM, Carthage dikalahkan oleh orang Romawi. Ketika itu, Kekaisaran Romawi memperkenalkan agama Kristen dan seni arsitektur, termasuk amfiteater El Djem.
Selanjutnya Tunisia ditaklukkan oleh orang Arab pada abad pertama Hijriah, diikuti oleh Kesultanan Utsmaniyah sekitar tahun 1534. Kesultanan Utsmaniyah atau kadang disebut Kesultanan Ottoman ini menguasai Tunisia selama lebih dari tiga ratus tahun.
Tiga abad kekuasaan Kesultanan Ottoman ini banyak memberikan pengaruh bagi Tunisia, termasuk pesatnya perkembangan Islam di kawasan itu.
Baca Juga:
1 Maret 1992: Bosnia dan Herzegovina Proklamirkan Kemerdekaan dari Yugoslavia
Pada tahun 1881, Prancis menaklukkan Tunisia sampai akhirnya Tunisia merdeka pada tahun 1956 sebagai negara republik yang didirikan oleh Habib Burquibah.
Setelah merdeka, Tunisia sempat mengalami keguncangan hebat. Pada tahun 2011, terjadi Revolusi Tunisia yang mengakibatkan penggulingan Presiden Zainal Abidin bin Ali.
Revolusi Tunisia merupakan kampanye intensif perlawanan sipil yang diakibatkan oleh tingginya tingkat pengangguran, inflasi pangan, korupsi, kurangnya kebebasan berbicara dan kebebasan politik lainnya, serta kondisi hidup yang buruk.
Baca Juga:
27 Februari: Hari Kemerdekaan Republik Dominika
Serikat pekerja disebut-sebut sebagai bagian integral dari demonstrasi ketika itu. Katalis untuk demonstrasi massal adalah kematian Mohamed Bouazizi, seorang pedagang jalanan Tunisia yang berusia 26 tahun.
Ia membakar dirinya sendiri pada tanggal 17 Desember 2010, sebagai bentuk protes atas penyitaan barang dagangannya dan penghinaan yang menimpanya oleh seorang pejabat kota.
Kemarahan dan kekerasan meningkat setelah kematian Bouazizi pada tanggal 4 Januari 2011, yang akhirnya membuat Presiden Zainal Abidin bin Ali mengundurkan hingga melarikan diri dari negara tersebut pada tanggal 14 Januari 2011, setelah 23 tahun berkuasa. klb/san