KABAR LABUAN BAJO – Di penghujung tahun 2022 lalu, Maroko menjadi perbincangan hangat masyarakat dunia. Maklum, negara itu sukses mencuri hati penggemar sepak bola melalui penampilan menawan tim nasionalnya pada Piala Dunia 2022.
Sama sekali tak diunggulkan, Maroko justru tampil percaya diri hingga babak semifinal di Qatar. Maroko memukul tim kuat Belgia dengan skor 2-0 di fase penyisihan grup, memulangkan Spanyol di 16 besar, serta mematahkan ambisi Cristiano Ronaldo bersama Portugal di perempatfinal.
Prancis, yang akhirnya mampu menghentikan langkah Maroko di babak semifinal. Dalam perebutan tempat ketiga, Maroko juga dijinakkan Kroasia. Maroko finish di tempat keempat Piala Dunia 2022.
Catatan gemilang Achraf Hakimi dan kawan-kawan ini tentu membuat publik ingin mengetahui lebih banyak tentang Maroko.
Baca Juga:
1 Maret 1992: Bosnia dan Herzegovina Proklamirkan Kemerdekaan dari Yugoslavia
Maroko merdeka dari Prancis pada tanggal 2 Maret 1956. Ibu kota Maroko adalah Rabat. Namun kota besarnya bernama Casablanca. Arab dan Amazigh menjadi bahasa resmi negara ini, meski bahasa Perancis yang umum digunakan.
Maroko merupakan sebuah negara muslim yang berdaulat, pemerintahannya berbentuk monarki demokratis, sosial dan konstitusional. Sistem ini diatur oleh konstitusi tahun 1972 yang telah disempurnakan pada tahun 1980, pada tahun 1992, dan pada bulan September 1996.
Kemudian, pada tahun 2011, Maroko mulai mengadopsi sistem pemerintahan Monarki Konstitusional Parlementer dan menyelenggarakan pemilu langsung pada tahun 2015.
Kepala negara Maroko adalah raja yang saat ini dijabat Raja Mohammed VI. Raja berperan sebagai pemimpin tertinggi (commander in chief) militer dan memegang gelar pemimpin agama, yaitu Amir Al Mukminin (pemimpin bagi muslim Maroko).
Sedangkan kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri, yang diangkat oleh Raja berdasarkan dari pemimpin partai terbesar yang menang pada pemilihan umum legislatif.
Negara kerajaan ini terletak di bagian barat laut Benua Afrika, dengan garis pantai memanjang dari Samudra Atlantik melewati selat Gibraltar, sampai ke laut tengah.
Baca Juga:
27 Februari: Hari Kemerdekaan Republik Dominika
Maroko tercatat sebagai negara yang memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudera Atlantik. Maroko bahkan menjadi salah satu dari hanya tiga negara (bersama Spanyol dan Prancis) yang memiliki garis pantai di Samudra Atlantik dan juga di Laut Mediterania.
Maroko memiliki letak geografis yang strategis dan menjadi perlintasan antara Eropa, Afrika, dan Timur Tengah, sehingga terdapat percampuran kebudayaan yang sangat kaya di Maroko.
Terdapat berbagai peninggalan sejarah dan budaya di Maroko yang sudah diakui sebagai warisan budaya UNESCO. Mulai dari situs arkeologi peninggalan Romawi, kota-kota tua yang dibangun sejak abad pertengahan, hingga ibu kota Rabat.
Maroko juga sangat aktif memelihara berbagai situs peninggalan sejarah dan budayanya, dan menjadikan tempat-tempat tersebut untuk menarik kunjungan wisatawan asing.
Baca Juga:
26 Februari: Hari Pembebasan Kuwait
Yang menarik, Indonesia tercatat sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Maroko, ketika itu. Indonesia yang dipimpin Presiden Soekarno saat itu bahkan mengirimkan Duta Besar (Dubes) pertama RI untuk Kerajaan Markoko, yaitu GPH Djatikoesoemo. Ia menjadi Dubes RI untuk Maroko sejak 1 Juli 1965.
Maka jangan heran jika nama Seokarno diabadikan menjadi nama sebuah jalan di ibu kota Maroko, Rabat. Sebagai gantinya, di Jakarta ada sebuah jalan yang diberi nama Casablanca, yang merupakan nama kota terbesar di Maroko.
Soekarno juga menjadi pemimpin negara pertama yang mengunjungi Maroko setelah kerajaan ini merebut kemerdekaannya. Kunjungan yang terjadi pada 2 Mei 1960 itu juga melecut semangat Maroko untuk menjadi sebuah negara berdaulat sepenuhnya, seperti perjuangan yang dilakukan Indonesia.
Baca Juga:
24 Februari: Estonia Mendeklarasikan Kemerdekaan
Dalam sejarah, Maroko memegang peran penting terhadap penyebaran agama Islam di wilayah Afrika Utara. Negeri ini menjadi pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol, Eropa.
Dari Maroko inilah panglima muslim, Tariq Bin Ziyad menaklukkan Andalusia dan mengibarkan bendera Islam di daratan Eropa.
Maroko tercatat sebagai salah satu negara yang paling lama dijajah negara ini. Sejumlah sumber menyebut, Maroko dijajah oleh bangsa Cartago pada abad 14 SM. Selanjutnya pada abad 12 SM, Maroko dijajah kembali oleh Bangsa Phoenicians dari Timur Mediterania.
Pada abad ke-1 M, Maroko masuk dalam wilayah Kerajaan Romawi. Selanjutnya pada tahun 683 M, agama Islam dibawa masuk ke Maroko ketika Bani Umayyah sedang melakukan penaklukan di wilayah Afrika Utara, yang memakan waktu kurang lebih 53 tahun.
Kerajaan Maroko semula berada di bawah wilayah kekuasaan bani Umayyah, sampai akhirnya Dinasti Umayyah jatuh ke tangan Dinasti Abbasiyah. Selanjutnya, di negeri Maroko mulai bermunculan dinasti-dinasti kecil.
Baca Juga:
22 Februari: Hari Kemerdekaan Saint Lucia dari Inggris
Pada abad ke-10 M, bangsa Maroko mengalami perpecahan dan terjadi kekacauan politik. Namun, masalah tersebut dapat teratasi ketika orang-orang Berber mengambil alih kekuasaan dan mendirikan Dinasti Almoravids pada abad ke-11 M.
Pada tahun 1415 M, Maroko menghadapi berbagai serangan dari Bangsa Eropa dan berhasil dikuasai. Kemudian, pada abad ke-19 dan abad ke-20, Prancis, Spanyol, dan Jerman bersaing untuk menguasai Maroko.
Pada tahun 1912, Maroko menjadi wilayah protektorat Prancis dan sebagian wilayah kecil lainnya dikuasai oleh Spanyol. Maroko akhirnya merdeka tahun 1956. klb/san