1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila

Facebook
Twitter
WhatsApp
LinkedIn
Pinterest
Print
Ilustrasi - Hari Kesaktian Pancasila. (Foto: UMSU)

KABAR LABUAN BAJO – Tanggal 1 Oktober di Indonesia diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Peringatan tersebut ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 Tentang Hari Kesaktian Pancasila. Dalam Keppres tersebut, Presiden Soeharto menjadikan Hari Kesaktian Pancasila sebagai hari nasional yang wajib diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Disarikan dari berbagai sumber, Hari Kesaktian Pancasila berbeda dengan Hari Lahir Pancasila. Hari Lahir Pancasila merupakan hari awal mula Pancasila sebagai lambang negara yang diperingati setiap tanggal 1 Juni.

Adapun Hari Kesaktian Pancasila berkaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, telah terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI.

Enam pejabat tinggi Angkatan Darat (AD) yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut, antara lain Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/ Panglima Angkatan Darat/ Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi); Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/ Panglima AD Bidang Administrasi); dan Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/ Panglima AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan).

Kemudian Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/ Panglima AD Bidang Intelijen); Brigjen Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/ Panglima AD Bidang Logistik); serta Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat).

Peristiwa itu menurut sejumlah sumber, sebagai bagian dari keinginan PKI untuk mengubah ideologi Indonesia dari nasionalisme sesuai Pancasila menjadi komunisme sesuai paham yang dianut oleh partai di bawah pimpinan DN Aidit.

PKI berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno, kala itu. Di sisi lain, PKI tidak harmonis dengan TNI karena berseberangan politik, sehingga PKI berusaha menyingkirkan para petinggi TNI AD agar dapat dengan mudah merebut kekuasaan.

Seluruh rangkaian pemberontakan ini terjadi pada 30 September menuju 1 Oktober 1965. Bahkan setelah peristiwa itu, PKI menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu Studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan.

PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah melalui siaran RRI dan juga mengumumkan terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.

Di sisi lain, TNI di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto, kemudian memburu PKI. Sedangkan mayat para korban G30S/ PKI baru ditemukan pada 4 Oktober 1965.

Mayat para korban langsung diangkat. Selanjutnya, Presiden Soekarno memimpin upacara pemakaman para korban G30S/ PKI di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan. Presiden Soekarno juga mengangkat para korban G30S/ PKI sebagai Pahlawan Revolusi.

Pada 16 Oktober 1965, Presiden Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/ Panglima Angkatan Darat, di Istana Negara.

Soeharto yang naik jabatan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) kemudian menetapkan 1 Oktober sebagai peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Hari Kesaktian Pancasila wajib diperingati oleh seluruh pasukan TNI AD di Indonesia, untuk mengenang para korban G30S/ PKI yang merupakan sesama anggota TNI AD.

Namun, begitu Soeharto naik menjadi Presiden Indonesia, ia menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila.

Dalam Keppres tersebut, Soeharto menjadikan Hari Kesaktian Pancasila sebagai hari nasional yang wajib diperingati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Tujuannya, untuk mempertebal dan meresapkan keyakinan akan kebenaran, keunggulan, serta kesaktian Pancasila sebagai satu-satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan seluruh negara, bangsa, dan rakyat Indonesia. Selain itu, juga untuk memperingati gugurnya para korban G30S/PKI. klb/san

Terkini

Terpopuler

Pembuatan Undangan Digital, Klik Disini!